Sejarah Perkembangan Teologi Perjanjian Lama



 Sejarah Perkembangan Teologi Perjanjian Lama

Teologi PL tidak serta-merta ada dengan sendirinya. Perkembangannya melalui tahap yang begitu panjang. Tony Lane dalam bukunya “Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani”, membagi sejarah perkembangan Teologi ke dalam empat bagian utama, yaitu Gereja Bapa-Bapa sampai Tahun 500 M, Gereja Barat pada abad Pertengahan tahun 500-1500, Reformasi dan Reaksi 1500-1800, dan pemikiran Kristen di dunia modern setelah tahun 1800.[1] Dalam sejarah yang dijabarkan oleh Tony Lane diisi dengan beberapa tokoh yang terlibat langsung dalam perkembangan Teologi. Enns kemudian membagi 4 kurun waktu sejarah teologi, teologi abad permulaan, teologi abad pertengahan dan teologi modern.[2]

1.     Teologi Abad Permulaan (1-590 M)

Teologi yang dikembangkan oleh Bapa Apostolik ini merupakan rancangan Teologi yang tersusun secara sistematis. Karena teologi ini merupakan teologi yang dikembangkan oleh orang-orang yang masih hidup dan dekat dengan peristiwa Kristus dan Rasul-Rasul, membuatnya sangat signifikan dan Biblikal. Hal utama yang dikembangkan dalam teologi ini ialah tentang Trinitas, Keilahian dan kekekalan Kristus dan keselamatan. Pada masa ini sudah muncul beberapa ajaran yang menyimpang dari Iman Kristen seperti sekte-sekte Yahudi yang mempertahankan hukum Musa (Taurat), ajaran-ajaran Gnostik yang bertentangan dengan Injil, Marcions yang membentuk kanon sendiri dan gerakan Montanis. Dalam tulisan Bapa-Bapa Rasuli yang dikenal dengan tulisan Teologi Pastoral seperti Didache dan surat-surat Clemens beredar dalam periode ini. Tulisan itu berisi tantangan-tantangan yang dihadapi jemaat Kristen pada waktu itu, misalnya apa makna PL bagi Gereja Kristen. Menurut Mojou, masalah-masalah teologi yang dibahas dalam periode ini ialah makna PL dan daftar kitab-kitab PB, perumusan Trnitas, pengakuan Iman Rasuli dan perumusan mengenai Yesus sebagai yang sehakikat.[3] Munculnya dua aliran penafsiran PL pada waktu itu (mazhab Antiokhia dan mazhab Aleksandria) yang hanya menggunakan beberapa ayat sebagai bukti untuk membela, membenarkan dan menguatkan kepercayaan Gereja, berdampak pada perkembangan Teologi PL. Dengan kata lain bahwa Teologi PL pada masa ini belum bisa dikembangkan.[4]

2.     Teologi Abad Pertengahan (590-1517 M)

Zaman ini disebut juga zaman kekuasaan Gereja Roma Katolik. Hal ini dikarenakan kekuasaan uskup semakin meningkat. Teologi yang muncul saat itu disebut Theologi Skolastik yang dipopulerkan oleh Thomas dari Aquina. Pemikirannya dicetuskan dalam tulisan yang berjudul Summa Theologia yang merupakan buku dogmatik Gereja Katolik Roma. Pada masa ini teologi yang berkembang masih berupa Theologi Sistematik/Dogmatik.[5] Pada abad pertengahan teologi banyak mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan karena berkembangnya renaissance yang begitu pesat. Pandangan ini sangat berpengaruh dalam kehidupan berteologi, di mana pengaruh antara filsafat Plato dan Humanisme yang melahirkan kebangkitan kebebasan individu yang menjadi pusat dari segalanya. Hal ini kemudian berdampak pada pengagungan Human Nature, sehingga menghilangkan kepercayaan manusia kepada standar kebenaran absolut.

Pendidikan moral dalam Gereja juga menjadi lemah, dan ditambah lagi bahwa perkembangan teologi pada masa itu tidak memiliki kajian biblika yang kuat. Tetapi justru dengan kondisi ini kemudian melahirkan benih reformasi yang berbuah pada abad ke-16 sampai 17. Perubahan secara signifikan dalam teologi, terjadi pada paruh abad pertengahan. Bibit reformasi mulai digulirkan di dalam gereja akibat sikap gereja yang sudah sangat duniawi. Inilah yang kemudian mengawali gerakan reformasi yang dipelopori Marthin Luther. Pada zaman ini teologi mengalami perkembangan, hal ini dikarenakan bahwa teologi tidak lagi ditafsirkan secara sepihak, tetapi juga bisa dipelajari oleh kaum awam melalui fakultas teologia yang muncul di Eropa. Hal penting yang juga diperdebatkan di periode ini ialah mengenai filioque yang berdampak pada terpisahnya Gereja Barat dan Timur.[6]

3.     Teologi Abad Reformasi (1517-1750 M)

Kemajuan besar terjadi pada abad ini di mana kedaulatan Alkitab atas Gereja mulai ditemukan kembali. Dampak yang ditimbulkan adalah penelitian Alkitab berkembang dengan pesat, sehingga PL bersuara dengan bebas. Kitab Kejadian, Keluaran, Yesaya dan Mazmur memainkan peran penting dalam pembaharuan Gereja pada masa itu. Marthin Luther memunculkan istilah sola scriptura (hanya Alkitab) yang menjadi dasar untuk menetang teologi Skolastik dan tradisi kekuasaan Gereja.[7]

Dasar utama yang terjadi pada periode ini ialah bahwa Alkitab kemudian dijadikan dasar atau pijakan utama dalam berteologi. Akibat penyimpangan yang dilakukan oleh agama Katolik yang mengutamakan tradisi, sehingga mendorong para tokoh reformasi untuk mengambil tindakan, yaitu mengembalikan ajaran yang sesuai dengan Alkitab. Ada beberapa tokoh Reformasi yang muncul dalam periode ini, yaitu Marthin Luther, John Calvin, Ulrich Zwingli. Ketiga tokoh ini merupakan tokoh yang memunculkan ajararan protestan yang berlaku hingga kini. Dalam periode ini ilmu pengetahuan juga semakin maju dan berkembang. Gereja Katolik mulai digugat dengan gerakan kembali ke sumber iman Kristen yakni Alkitab dan menggeser secara radikal posisi tradisi dalam gereja. Teologi protestan yang yang muncul dalam era reformasi berkembang dengan pesat yang sangat jauh berbeda dengan teologi yang dianut Gereja Katolik.

4.     Teologi Abad Modern (1750-Sekarang)

Pada abad ini usaha-usaha yang serius mengenai Teologi PL mulai dilakukan. Hal ini terbukti dari banyaknya buku-buku yang membahas dunia PL mulai diterbitkan dan diajarkan di fakultas-fakultas Teologi. Biblical Theology of the Od Testament misalnya yang merupakan tulisan yang menyajikan teologi historis dengan penekanan Theokratis. Pada tahun 1920 terjadi lagi perdebatan tentang sifat Teologi PL yang ditulis oleh W. Staerk. Masalah yang muncul ialah hubungan antara Relegionschichte dengan filsafat agama dan teologi Alkitabiah. Ada berbagai perspektif yang kemudian diperdebatkan di dalamnya, sampai pada tahun 1930 yang merupakan zaman emas Theologi PL. Hal penting yang terjadi ialah munculnya buku yang menekankan tema tradisional dogmatik dengan susunan “Allah-Manusia-Keselamatan.[8]

Dalam perkembangan selanjutnya yaitu zaman modern, teologi juga mengalami banyak perubahan. Pada masa reformasi yang ditolak ialah ajaran yang tidak sesuai dengan Alkitab, tetapi pada periode ini justru Alkitab dikaji secara kritis dan terlepas dari ajaran gereja. Banyak yang kemudian digugat dalam teologi modern ini, seperti Keilahian Kristus. Bukan hanya itu, kematian dan kebangkitannya juga menjadi perdebatan panjang dalam teologi modern. Pada periode ini salah satu hal yang tidak kala penting yang terjadi ialah konsili Vatikan II yang dilakukan oleh Gereja  Katolik. Mereka mulai tertutup mengenai ajaran dan perubahan. Banyak hal yang kemudian terjadi dalam perkembangan teologi di era ini, di mana terjadi keharmonisan antar Gereja-Gereja meskipun sebelumnya dipisahkan oleh ajarannya masing-masing. Tidak ada lagi batasan yang terjadi pasca Konsili, tetapi justru ada ruang yang diberikan oleh Bapa-Bapa Konsili kepada kebudayaan local dan agama-agama lain. Hal ini terjadi karena keyakinan bahwa di dalam agama-agama lain juga terdapat kebenaran iman dan benih-benih sabda Allah. Teologi kemudian berkembang dengan sangat baik pada abad ke-20, meskipun ada beberapa yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan secara biblical, seperti Teologi Liberal, neo-liberal, dan beberapa doktrin lainnya.[9]



[1] Tony Lane, Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007).

[2] Paul Enns, The Moody Handbook of Theology Jilid 2 (Malang: Literarur SAAT, 2004).

[3] B. F. Drewes and Julianus Mojau, Apa Itu Teologi? : Pengantar Ke Dalam Ilmu Teologi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 39–40.

[4] V. M. Siringo-Ringo, Theologi Perjanjian Lama (Yogyakarta: ANDI, 2013), 6–7.

[5] Ibid., 7.

[6] Sonny Zaluchu, Perkembangan Teologi Kristen Di Dekade Pertama Abad 21 (Semarang: STBI Semarang, 2018).

[7] Siringo-Ringo, Theologi Perjanjian Lama, 7–8.

[8] Ibid., 9–15.

[9] Zaluchu, Perkembangan Teologi Kristen Di Dekade Pertama Abad 21.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Teologi PB 1